uplik batik dan kerajinan











1.1    Latar Belakang

Tiga lingkungan tempat belajar anak adalah  keluarga,sekolah dan lingkungan dimana mereka tinggal.Keluarga baik kedua orangtuanya maupun saudara merupakan tempat pertama sang anak akan melihat dunianya,setelah perkembangan penalaran dan rasa ingin tahu maka sekolahan merupakan wahana ke 2 yang berfungsi mengasah kemampuan nalar,perilaku dan budi pekerti.

Pendidikan dasar di SD menekankan agar mampu dan mempunyai ketrampilan Baca,Tulis dan Hitung,oleh sebab itu sejak TK yang tujuanya belajar sambil bermain dan bermain sambil belajar pada prakteknya telah diajarkan huruf dan angka.Memang tidak ada yang salah dalam penerapan pendidikan semacam ini.Malahan kemungkinan ada lompatan evolusi generasi.

Pada usia anak memang belajar adalah hal yang utama.Dalam hal ini ada 2 hal yang perlu di perhatika adalah:

  •  Anak kita sulit menolak ajakan untuk BERMAIN
  •  Anak akan mendengarkan dengan baik setiap DONGENG yang kita sampaikan dan tidak akan menolak isinya, bahkan seandainyapun isinya itu tidak masuk akal. Dan bukankah dongeng memang biasanya kita lebih-lebihkan dan dibuat menakjubkan…?

Maka bila orang tua bermaksud menyampaikan sesuatu, apakah itu sebuah nasihat, pendidikan budi pekerti, atau bahkan juga materi pelajaran yang sulit dan tidak menarik bagi anak, Orang tua bisa mempertimbangkan untuk menggunakan salah satu diantaranya atau bahkan paduan dari keduanya.

Pendidikan di sekolah telah disempurnakan dengan system berbasis Kompetensi sehingga tercipta Kurikulum Ber-KTSP.Dengan menggali kebutuhan dasar apa seorang anak bisa berkembang pada usia yang sesuai dengan perkembangan kogniti,kecakapan budaya dan budi pekerti.Sistem ini baik,tapi sayangnya ada tawar menawar dalam system pendidikan ini. Jika anak ingin bisa computer maka ada nego pihak sekolah,komite sekolah dan orang tua,jika demikian sekolah butuh computer sekian,tutor dan perangkat internet kesimpulannya dana yang dikeluarkan untuk pendidikan bertambah banyak.Apalagi ada tawaran kalau ingin sekolah seperti luar negeri maka masuklah ke kelas SBI (Sekolah Bertaraf Internasional).Mungkinkah pendidikan kita merata untuk semua anak bangsa?

Lingkungan belajar yang ke tiga adalah lingkungan.Lingkungan bermain sesama teman ataupun orang yang sering bersinggungan secara lansung maupun tak langsung.Di sini anak mulai mengolah informasi baik yang didapat dari  sekolah,percakapan antar teman ataupun meniru kebiasaan orang lebih tua darinya.Hal yang bisa kita lakukan adalah mengarahkan anak-anak pada kegiatan yang positif terhadap kebiasaan,meningkatkan ketrampilan.memotivasi diri melalui banyak kegiatan dan program pembelajaran lingkungan,sehingga memacu anak untuk mengembangkan diri,menambah motifasi belajar di sekolah formal dan menciptakan mimpi cita-cita mereka.

Dari sinilah terpikirkan membentuk lingkungan belajar yang mampu membantu anak-anak untuk mengisi waktu luang dengan kegiatan yang sangat positif dan diperlukan untuk merangsang pikiran,rasa kerjasama dan empati terhadap sesama dan  membentuk karakter yang positif.

Pada pripsipnya belajar bisa dimana saja,kapan saja dan dengan siapa saja,tentunya belajar dengan yang lebih mumpuni,belajar yang tepat waktu dan ada wahana dan sarana yang mendukung terciptanya output hasil belajar yang terukur ,terarah dan berkesinambungan.

Sekarang telah banyak sekolah non formal untuk anak-anak seperti sekolah alam, yang ingin mengembalikan hatitat  anak pada kodratnya karena alamlah tempat belajar yang mula-mula,selain itu kursus ketrampilan khusus seperti music,lukis,matematika serta bahasa.

Melihat  pada kebutuhan anak

Berangkat dari hal itu, metode pembelajaran matematika yang pas buat anak-anak yang tidak senang terhadap matematika adalah :Jarimatika . Jarimatika (singkatan dari jari dan aritmatika) adalah metode berhitung dengan menggunakan jari tangan . Meski hanya menggunakan jari tangan, tapi dengan metode jarimatika kita mampu melakukan operasi bilangan KaBaTaKu (Kali Bagi Tambah Kurang) Metode ini juga didesain agar anak tidak merasa sedang ‘belajar’ Matematika .Target pertamanya adalah: Anak tidak takut Matematika/berhitung.

Metode ini berbeda dengan KUMON ,tetapi hampir sama dengan SEMPOA.Metode Kumon dirancang berjenjang dari level dasar,terus meningkat sesuai pemahaman dan keberhasilan penguasaan materi matematika.Hal ini memang memacu anak-anak untuk lebih cepat menguasai matematika.Metode ini cocok untuk anak-anak yang sudah suka matematika dan pada pendidikan menengah dan bukan pendidikan dasar juga biayanya  relative lebih mahal untuk masyarakat umumnya.Metode Sempoa hampir sama dengan  metode Jarimatika sempoa harus menggunakan alat,sedangkan Jarimatika tidak menggunakan alat lagi,tetapi alat dari Tuhan yaitu Jari Tangan.

1.2    Permasalahan.

  1. Apakah ada metode pembelajaran berhitung yang menyenangkan?
  2. Kegiatan apa yang mampu menarik anak-anak agar nuansa/muatan matematika diajarkan sehingga secara sadar maupun tidak  anak –anak bisa menyukai  matematika.

Tujuan Belajar

Hal pertama yang akan ditumbuhkan adalah Intellectual Curiosity atau rasa ingin tahu yang luar biasa yang ada pada diri anak sejak mereka lahir. Bukankah sejak mereka bisa bicara ada saja yang selalu mereka tanyakan kepada kita? “Itu apa, Bu?” “Mengapa sih Ma kalau malam kok tidak ada matahari?” Bahkan rasanya kita sampai pusing mendengarkan beribu pertanyaan mereka. Saran saya Bunda, jangan bosan menjawab. Ini adalah pintu pertma untuk menjadikan anak kita pandai dan berpengetahuan luas.

Yang kedua adalah Creative Imagination, kemampuan untuk memunculkan berbagai macam hal, alternatif-alternatif yang bahkan tidak pernah kita bayangkan. Creative Imagination ini sangat diperlukan untuk berhasil dalam kehidupan. Saat ini kemampuan tersebut banyak mengalami pemasungan, disadari maupun tidak. Coba Bunda, jika seandainya ada perintah seperti ini “Gambarlah sebuah pemandangan” apa yang kira-kira akan kita saksikan sebagai hasilnya? Yup, dua buah segitiga berderet, di tengahnya ada lengkung, lalu ada dua garis bertemu pada pertemuan alas kedua segitiga itu…… Ah ya, sepertinya kita familiar dengan itu. Benar, karena kitapun akan menggambar hal yang sama. Lalu ada kotak-kotak sawah, centang-centang padi, orang-orangan sawah, mungkin ada tambahan gubuk disana, dst. Bagaimana hal seperti ini dapat terjadi dari Sabang sampai Merauke? Tidak aneh bukan bila bangsa kita ini termasuk yang paling sedikit menghasilkan penemuan (dewasa ini)?

Maka penting untuk menumbuhkan creative imagination.

Yang ketiga adalah Art of Discovery, seni untuk menghasilkan aneka penemuan. Saya menggunakan istilah ini untuk mewadahi aktivitas discovery itu sendiri, juga invention, dan innovation.

Lalu yang keempat yang perlu kita tumbuhkan – yang tidak kalah penting – adalah Nobble Attitudes (akhlak yang mulia).

Keempat hal itu jauh lebih berarti daripada angka-angka dalam rapor. Keempat hal itu akan menjamin hidup anak kita lebih sukses (success) dan bermakna (significant). Keempat hal itulah yang selayaknya menjadi tujuan dari setiap proses pendidikan dan pembelajaran anak-anak kita.

JARIMATIKA LEARNING MODEL

Nilai Lebih Jarimatika

  •  Alatnya tidak perlu dibeli, selalu tersedia setiap saat…. dan tidak dapat disita saat ujian 
  •  Mengasah otak tanpa memberatkan memori dengan bayangan, dll.
  • Melatih motorik anak melalui gerakan jari
  • Prosesnya menarik bagi anak; gerak tangan memiliki daya tarik tersendiri di mata anak
  • Aktivitasnya menyenangkan, sehingga membuat anak pintar dan juga gembira

JARIMATIKA

Jarimatika (singkatan dari jari dan aritmatika) adalah metode berhitung dengan menggunakan jari tangan.Metode ini ditemukan oleh Ibu Septi Peni Wulandani.
Meski hanya menggunakan jari tangan, tapi dengan metode jarimatika kita mampu melakukan operasi bilangan KaBaTaKu (Kali Bagi Tambah Kurang) sampai dengan ribuan (atau mungkin lebih?)

Metode ini sangat mudah diterima anak. Mempelajarinya pun sangat mengasyikkan, karena jarimatika tidak membebani memori otak dan “alat”nya selalu tersedia. Bahkan saat ujian kita tidak perlu khawatir “alat”nya akan disita atau ketinggalan karena alatnya adalah jari tangan kita sendiri.

Sebagai gambaran: dalam Jarimatika tangan kanan digunakan untuk satuan dan tangan kiri digunakan puluhan dan ratusan.

Angka 1 diwakili oleh jari telunjuk, 2 diwakili jari telunjuk dan jari tengah demikian seterusnya sampai 4 ditunjukkan ketika jari telunjuk sampai kelingking terbuka.
Angka 5 diwakili oleh jempol saja. Lalu 6 ditunjukkan dengan jempol dan telunjuk, demikian seterusnya hingga angka 9 ditunjukkan jika semua jari tangan kanan terbuka.

Contoh : 1 + 5 + 3 – 2 = 7
1 (buka jari telunjuk)
+5 (buka jempol)
+3 (buka jari tengah, jari manis, kelingking)
-2 (tutup jari kelingking dan jari manis)

Tertarik ingin belajar Jarimatika,silakandownload file ini

Belajar-Jarimatika.pdf



Tinggalkan komentar

et cetera